Pengalaman Menjadi Relawan Tanggap Bencana di Mamuju - Majene Sulawesi Barat



Salah satu anggota GEN Corps, yaitu Wendi Genta Perkasa Gen 11 dan Tirta Muhammad Rizki Gen 10 berkesempatan menjadi relawan aksi peduli gempa di Mamuju - Majene Sulawesi barat pada Senin (22/02/2021) – Rabu (3/03/2021). Kegiatan ini dilaksanakan oleh Mahagana (Mahasiswa Tanggap Bencana Universitas Airlangga). Aksi ini dilakukan untuk membantu meringankan beban masyarakat yang terdampak bencana gempa bumi. Selain itu, para mahasiswa yang tergabung dalam kegiatan relawan ini, melaksanakan program pemberdayaan masyarakat juga untuk pendampingan psikososial korban bencana.

Mereka melakukan pemberangkatan dari Bandara Juanda, Surabaya pada pukul 09.30 WIB. Setelah menempuh waktu sekitar 2,5 jam, mereka sampai di Bandara Sultan Hasanudin, Makassar pada pukul 12.00 WITA. Wendi mengatakan bahwa mereka masih harus menunggu 2 jam lagi untuk melanjutkan perjalanan berikutnya. Dia menjelaskan bahwa  sesampainya di agen bus, ternyata pemberangkatan busnya dimulai pada pukul 19.00 WITA. Jadi, ketika waktu masih sore, Wendi dan teman-teman lain memutuskan untuk berkeliling dan mencari makan sejenak di sekitar agen bus.

Setelah waktu keberangkatan bus tiba, mereka melanjutkan perjalanan dari agen bus menuju Mamuju. Wendi menyebutkan bahwa perjalanan mereka memakan waktu kurang lebih 12 jam. Mereka sampai di terminal pada pukul 06.00 WITA. Ketika sampai di terminal, mereka langsung dijemput dengan tim assessment yang telah sampai terlebih dahulu di Mamuju. Mereka diajak berkeliling terlebih dahulu di Kota Mamuju sekaligus melakukan survey tempat atau lokasi-lokasi yang akan mereka tuju. Setelah melakukan survey mereka beristirahat bersama dengan para relawan dari PWNU Sulawesi Barat.

Pada hari-hari berikutnya Wendi dan teman-teman melaksanakan agenda yang telah mereka tetapkan. Mereka mengawalinya dengan melakukan pengkajian (assessment)  di lapangan terutama di wilayah yang paling terdampak dari bencana alam gempa bumi. Setelah data-data pengkajian didapatkan dan mereka menemukan lokasi yang sesuai, mereka melakukan koordinasi dengan kepala desa dan kepala dusun setempat. Setelah mendapatkan izin, dilakukanlah open donasi dan mencari sponsor. Setelah semua siap, mereka langsung melaksanakan program kerja yang telah mereka rencanakan sebelumnya.


Program kerja yang mereka bawa ke lokasi antara lain mendirikan sekolah darurat untuk anak-anak tingkat Sekolah Dasar, kemudian melakukan pendampingan pendidikan sekaligus trauma healing pada siswa-siswa disana. Mereka juga melakukan pemberdayaan masyarakat (terapi kerja) dengan kelompok tani di Dusun Popanga agar kondisi perekonomian di dusun tersebut dapat kembali bangkit dan normal seperti sedia kala.

Tentunya, kegiatan yang mereka lakukan ini tidak selalu berjalan dengan lancar. Wendi menyebutkan bahwa mereka juga mengalami kendala selama kegiatan. Kendala yang mereka hadapi adalah kesulitan mencari alat transportasi yang dapat dipinjam. Alat transportasi ini nantinya akan digunakan untuk mendukung pelaksanaan program. Mereka juga kesulitan berkoordinasi dengan para relawan yang berada disana untuk mencari informasi terkait peminjaman kendaraan. Selain itu,  mereka juga kesulitan mencari alat-alat yang dibutuhkan dalam serangkaian program. Hal ini dikarenakan masih sedikitnya toko atau persedian barang yang masih ada disana. 

Meskipun mereka melalui kendala yang tidak mudah, mereka bersyukur karena secara keseluruhan kegiatan mereka dapat berjalan dengan lancar yang dibuktikan dengan tingginya minat masyarakat dan siswa - siswi dalam program yang mereka lakukan.

Mereka berharap, masyarakat yang terkena bencana dapat bangkit dan kembali ke kehidupan normal masing-masing. Dan khususnya, Wendi berharap ada perhatian khusus dari pihak manapun terkait dunia Pendidikan disana khususnya di desa - desa atau tempat pelosok.

Saat ditanya hal apa yang paling membuat Wendi terkesan, dia menjawab bahwa dia terkesan dengan kondisi masyarakat dusun tersebut yang sangat antusias dengan kedatangan Wendi dan teman-teman. Ketika Wendi melakukan kegiatan pendampingan belajar dan trauma healing kepada anak – anak, mereka sangat senang, semangat dan antusias dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Wendi menyampaikan bahwa jumlah anak-anak yang kembali belajar ke sekolah pun kian meningkat. Ketika dia hendak kembali ke Surabaya, dia mendapat sebuah lemparan kertas berbentuk pesawat yang bertuliskan, “Terimakasih Kak Wen, tolong ajari kami Kak Wen, love u Kak Wen”. Hal itu tentu membuat hati Wendi merasa senang. Perasaan yang dia rasakan ini tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Dia sangat bahagia mendapatkan apresiasi dari anak-anak yang telah dia dan teman-teman lain dampingi selama kegiatan berlangsung.


Penulis : Risky Nur Marcelina

Editor : Umi Maghfiroton Fitri


Comments